Tidak ada cabang olahraga yang memiliki banyak tanda tanya seperti bulutangkis. Sejarah awalnya, terutama dari mana cabang itu berasal, misalnya. Orang hanya mengenal nama badminton berasal dari nama sebuah rumah (kalau menurut ukuran Indonesia, sebuah istana) di kawasan Gloucestershire, sekitar 200 kilometer sebelah barat London, Inggris. Badminton House, demikian nama istana tersebut, menjadi saksi sejarah bagaimana olahraga ini mulai dikembangkan menuju bentuknya yang sekarang. Di bangunan tersebut, sang pemilik, Duke of Beaufort dan keluarganya pada abad ke-17 menjadi aktivis olahraga tersebut. Akan tetapi, Duke of Beaufort bukanlah penemu permainan itu. Badminton hanya menjadi nama karena dari situlah permainan ini mulai dikenal di kalangan atas dan kemudian menyebar. Badminton menjadi satu-satunya cabang olahraga yang namanya berasal dari nama tempat.
Yang kemudian menjadi tanda tanya adalah di Inggris ataukah di India mula-mula permainan seperti yang sekarang dilakukan? Bukti-bukti menunjukkan di Indialah mula-mula peraturan permainan olahraga ini ditulis. Ini terjadi tahun 1870-an.
Juga tanda tanya besar bagaimana nama permainan ini berubah dari battledore menjadi badminton. Nama asal permainan dua orang yang menepak bola ke depan (forehand) atau ke belakang (backhand) selama mungkin ini tadinya battledore. Asal mula permainan battledore dengan menggunakan shuttlecock (kok) sendiri juga misteri. Dulu orang menggunakan penepak dari kayu (bat). Dua orang menepak “burung” itu ke depan dan ke belakang selama mungkin. Permainan macam ini sudah dilakukan kanak-kanak dan orang dewasa lebih dari 2000 tahun lalu di India, Jepang, Siam (Thailand), Yunani dan Cina. Di kawasan terakhir ini dimainkan lebih banyak dengan dengan kaki. Di Inggris ditemukan ukiran kayu abad pertengahan yang memuat gambar anak-anak sedang menendang-nendang shuttlecock.
Pada abad ke-l6 permainan semacam itu terkenal diantara anak-anak. Pada abad berikutnya, permainan yang biasa disebut juga jeu de volant ini menjadi pengisi acara saat-saat luang di banyak negara Eropa. Kadang-kadang dimainkan oleh satu orang yang memukul-mukul atau menepak-nepak kok itu ke atas, dengan satu atau dua penepak kayu. Sebuah permainan lain yang hampir sama featherball (dengan bola dari kulit ayam yang lunak) dimainkan di Denmark, Jerman, Perancis, dan Swedia.
Permainan menggunakan kok memang mempunyai daya tarik tersendiri. Jika ditepak atau dipukul keatas maka begitu “jatuh” (menurun) kok akan melambat, memungkinkan orang mengejar dan menepaknya lagi ke atas. Yang menjadi tanda tanya, bagaimana bisa terbentuk kok seperti sekarang, ada kepala dengan salah satu ujung bulat dan di ujung lain yang datar tertancap belasan bulu sejenis unggas? Bahan-bahan untuk membuat kok memang sudah ada di alam. Bentuk kepala kok, yang bulat, sudah ada di sekitar kita, bisa ditemukan dalam buah-buahan atau batu. Pertanyaannya, bagaimana awalnya bulu-bulu itu bisa menancap ke kepala kok? Ada yang berpendapat, ketika orang sedang duduk di kursi dan di depannya meja tulis, dia melamun dan memikir sesuatu yang jauh. Tanpa disengaja dia mengambil tutup botol, yang terbuat dari gabus, dan kemudian menancap-nancapkan pena, yang ketika itu terbuat dari bulu unggas. Beberapa pena tertancapkan dan jadilah bentuk sederhana sebuah kok. Tentu ini tidak ada buktinya. Hanya kernudian memang terbentuk alat permainan seperti itu, yang sctiap kawasan berbeda bentuknya.
Apapun evolusi yang terjadi disekitar alat-alatnya, pada abad ke-19 permainan itu menyebar luas di kawasan pinggiran kota-kota Inggris. Rumah-rumah besar dengan ruangan-ruangan dan halaman luas menjadi tempat yang subur bagi permainan itu. Tidak terkecuali di Badminton House tadi. Keluarga Sommerset yang teiah tinggal di rumah itu sejak zaman Charles II kemudian mendapat anugerah gelar sebagai Duke of Beaufort. Di Badminton House itu kini masih ditemukan koleksi menarik peralatan permainan battledore dan shuftlecock-nya. Kok zaman itu dua kali lebih besar dan berat dibanding yang ada sekarang. Panjang “raket” atau battledore-nya sekitar setengah meter dengan kepala bulat. Tidak ada senar. Kayu penepak itu ditutup kertas kulit sehingga kalau seseorang memukul menimbulkan bunyi seperti orang memukul tambur. Begitulah bunyi yang terdengar jika di ruang depan (Front Hall) Badminton House sedang ada permainan battledore. Semua alat itu tersedia di istana ini dan orang yang akan main tinggal datang.
Pada tahun 1840-an dan 1850-an keluarga Duke of Beaufort Ke-7 paling sering menjadi penyelenggara permainan ini. Menurut Bernard Adams (The Badminton Story, BBC 1980) anak-anak Duke-tujuh laki-laki dan empat perempuan-inilah yang mulai memainkannya di Ruang Depan. Lama-lama mereka bosan permainan yang itu-itu saja. Mereka kemudian merentangkan tali antara pintu dan perapian dan bermain dengan menyeberangkan kok melewati tali itu. Itulah awal net. Akhir tahun 1850-an mulailah dikenal jenis baru permainan itu. Tahun 1860 itu ada seorang penjual mainan dari London-mungkin juga penyedia peralatan battledore - bernama Isaac Spratt, menulis Badminton Battledore-a new game. Tulisan di situ menggambarkan terjadi evolusi permainan itu di Badminton House.
Cerita-cerita di atas didapat dari keturunan Duke of Beaufort yang sekarang. Lain lagi dengan cerita Sir George Thomas, yang selama 70 tahun bergerak di bulutangkis, sebagai pemain dan organisator. Dia dengan jelas memberi waktu tahun 1863-68 sebagai perkiraan awal dari badminton. Ia mengatakan, pada suatu pesta hujan turun dan orang-orang berusaha mencari suatu kegembiraan baru dari permainan battledare yang biasanya. Salah seorang peserta pesta memiliki gagasan cermerlang. “Ia merentangkan tali melintas ruangan dan menyingkirkan semua mainan anak-anak dan badmiton, pada bentuknya yang paling awal, terwujud. Terbukti, hal itu sesuai dengan selera pesta itu dan kemudian menjadi hiburan yang biasa diselenggarakan di rumah itu … dan rumah itu betapapun dipercaya sebagai asal permainan itu” kata tokoh yang kemudian menyumbangkan piala untuk diperebutkan bagi kejuaraan beregu putra, Piala Thomas. Sir Thomas lebih menyebut seorang pengunjung pesta dibanding keluarga Duke. Betapapun, kemudian keluarga Duke-lah yang memperkenalkan permainan ini ke masyarakat.
Itu versi yang menyebut Inggrislah sebagai asal permainan itu. Versi lain menyebut India sebagai asal badminton. Tertulis dalam sebuah naskah tentang peraturan Lawn Tennis, Croquet, Racquets etc yang terbit tahun 1883. Di salah satu bagian yang terdiri dari 10 halaman, pengarang menyebut badminton sebagai ‘tenis lapangan yang dimainkan dengan shuttlecock dan bukan bola’. Dalam pembukaan dia menulis tentang sejarah singkat permainan itu dalam empat paragraph kecil ‘badminton pertama kali dimainkan; saya percaya di India dan diperkenalkan ke Inggris oleh Duke of Beaufort pada musim panas tahun 1874′. Siapa yang menulis naskah itu tidak diketahui.
Encyclopedia Britannica edisi tahun 1911 menulis tentang badminton: “Permainan ini tampaknya muncul di Inggris sekitar tahun 1873, tetapi sebelum itu dimainkan di India, yang saat itu masih popular.” Nah, keterangan itu makin menambah tanda tanya tentang asal muasal badminton. Dari India atau Inggris?
Ada keterangan, perwira-perwira Inggris yang bertugas di India memainkan permainan yang sejenis dengan badminton, tetapi lebih superior, yang dikenal dengan nama Poona. Karena sangat menyukai permainan yang cepat itu, mereka membawa pulang ke Inggris, lengkap dengan peralatannya, terutama kok-nya. Lalu beberapa perwira ini diundang Duke of Beaufort untuk memainkannnya di Badminton House. Dari situ lalu dikenalkan kemasyarakat luas. Tentara Inggris tampaknya memang yang banyak bergaul dengan badminton ini. Ketika mereka kembali ke Inggris dan pensiun mereka tetap memainkannya di kawasan permukiman tempat mereka menghabiskan masa pensiun mereka, kebanyakan di daerah pantai seperti South Sea dan Bath. Bukti tentang ini pun tidak lengkap, sehingga tidak bisa dikatakan benar-benar terjadi. Tampaknya, baik para perwira atau pegawai Inggris yang ke India maupun keluarga Duke of Beaufort dan para tamunya yang sering berkunjung ke Badminton House mempunyai andil untuk pengembangan badminton ini.
Permainan itu sendiri berkembang pesat di India dan menjadi favorit untuk di luar gedung. Demikian terkenalnya sehingga hari Minggu pun orang lupa untuk pergi ke gereja demi main badminton, yang biasa disebut ‘Sunday badminton’. Badminton dimainkan di Madras, Bombay (kini Mumbay), dan Calcutta. Peraturan pertama dikenalkan di Poona pada tahun l873, meskipun permainan itu sendiri hanya berfungsi sebagai sarana pergaulan dan belum ada kompetisi. Mereka yang kembali ke Inggris kemudian lebih serius memainkan badminton. Merekalah - antara lain S. S. C. Dolby, J.H.E. Hart, Bagned Wild, dan G.W. Vidal - yang kemudian berangsur-angsur menyusun peraturan permainannya. Klub-klub pun muncul dan pada tahun 1893 mereka bersepakat membentuk Persatuan Badminton Inggris (Badminton Association of England) dalam suatu pertemuan di Southsea, Hampshire. Pada tahun 1898 diselenggarakan turnamen terbuka, khusus ganda, di Guilford. Inilah tahun pertama badminton memasuki era kompetisi. Setahun kemudian dilangsungkan kejuaraan All England. Pada yang pertama kejuaraan hanya berlangsung satu tanggal 4 April dengan mengambil tempat di London-Scottish Drill Hall di Buckingham Gate, London. Peraturan yang lengkap sendiri baru bisa disusun tahun 1901 . Di situ diatur antara lain tentang lapangan yang bentuknya seperti sekarang. Sebelum Perang Dunia I badminton memasuki masa emasnya. Majalah Badminton Gazette pun dibuat, tujuannya agar berita-berita badminton mendapat tempat yang lapang, tidak seperti sebelumnya yang hanya menjadi berita kecil di majalah tennis, The Field. Kejuaraan All England sendiri terus berlangsung dan hanya sempat terhenti tahun 1915-1919 karena terjadinya Perang Dunia I dan 1930- 1946 karena meletusnya Perang Dunia II.
Sebelum tahun 1900 badminton menyebar ke Irlandia dan Skotlandia pada tahun 1907 menyeberang ke jajahan Inggris yang jauh seperti Afrika Selatan, British Columbia (Kanada sekarang), dan bahkan Kepulauan Falklands (dikenal di sini dengan nama Kepulauan Malvinas) dan New York. Meski tahun 1908 berdiri klub di Hamburg, Jerman, tetapi perkem-bangan di daratan Eropa memang tidak menggembirakan. Pada tahun 1920-an badminton menyebar ke Eropa Utara, Amerika Utara, dan Asia. Tahun-tahun itulah badminton masuk Malaya (kini Malaysia dan Singapura). Juga tahun-tahun itulah badminton masuk Indonesia. Di Eropa, Denmark memberi warna tersendiri pada olahraga itu. Negeri ini menjadikan badminton sebagai olahraga musim dingin dan membuat fasilitas yang bagus dengan membuat lapangan di dalam gedung. Dalam sepuluh tahun, Denmark sudah menghasilkan juara All England. Yang menjadi pelopor di negeri itu adalah Hans dan Alksel Hansen. Keduanya berkeliling negeri itu mempopulerkan badminton dan bahkan kemudian ikut menyebarkan ke Norwegia dan Swedia.
Menyeberang Lautan Atlantik badminton hinggap di British Columbia tahun 1914 dan tahun 1920-an menyebar ke berbagai kota Kanada. Tahun 1921 Kanada mengadakan kejuaraan pertamanya. Badminton juga menyebar ke Amerika Serikat, dengan New York sebagai kota persinggahan pertama. Hollywood juga disinggahi, dan sempat dibuat film Good Badminton untuk mengembangkannya. Namun baru 1905 Badminton menarik banyak perhatian masyarakat. Tahun itu terselenggara Seri Dunia yang mempertemukan Jack Purcell dari Kanada dan Jess Willard dari AS. Sekitar 3000 penonton memadati gedung di Seattle ini, dengan Purcell menang 15-7, 15-6, 15-9 dalam pertandingan the best of five match. Penggemar pun makin banyak, tercatat di seluruh AS 20.000 pemain dan ini memungkinkan didirikannya pabrik kok sendiri. Tahun 1936 berdiri American Badminton Association. Kejuaraan pertama diselenggarakan tahun berikutnya.
Perkembangan badminton yang cepat menjadi olahraga dunia itu menuntut dibentuknya sebuah badan internasional. Pada bulan Juli 1934 dibentuk Federasi Bulutangkis Internasional (International Badminton Federation, IBF) dengan Inggris Raya (Inggris, Irlandia, Wales, dan Skotlandia), Denmark, Kanada, Selandia Baru, dan Prancis sebagai negara pendiri.
Ke timur, perkembangan di India ternyata lebih lambat dibanding di Malaya. Negara jajahan Inggris ini membentuk Persatuan Badminton Malaya (Badminton Association of Malaya, kini Malaysia, BAM) tahun 1934. Perkembangan di Malaya cepat sekali. Pada tahun 1938 tercatat sekitar 25.000 pemain, hampir separuh jumlah di Inggri saat itu. Buku Badminton Malaysia, Sejarah dan Perjuangan yang ditulis Dr. A. Fadzin Che Wan (Ensimal(M)sdn Bhd 1993), menceriterakan badminton itu pada mulanya dimainkan di sekolah-sekolah misionaris yang terdapat di Pulau Pinang, Ipoh, Kuala Lumpur, Malaka, dan Singapura. Dicatat permainan itu masuk tahun 1809 di Pulau Pinang, dengan dimainkan oleh pegawai-pegawai East India Company (semacam VOC milik Inggris). Tahun 1885 para isteri pegawai memainkannya di Hotel E & O di Pulau Pinang ini. Tahun 1920-1923 Sir George Thomas melawat ke Pulau Pinang dan mendapatkan permainan itu sudah digemari masyarakat di situ. Tahun 1925 berdirilah Persatuan Badminton Pulau Pinang.
Badminton pun dengan cepat menyebar ke berbagai penjuru negara itu. Tahun 1930-an permainan itu makin terkenal dengan kepulangan pelajar-pelajar yang menuntut ilmu di Inggris. Tahun 1937 mereka sudah mengadakan Kejuaraan Terbuka Malaya dan tahun itu juga mereka bergabung dengan IBF. Ketika kejuaraan beregu Piala Thomas pertama kali diselenggarakan tahun 1948 Malayalah yang pertama merebutnya. Pemain Malaya yang pertama menjadi juara di All England adalah Wong Peng Soon pada tahun 1950.
Piala Thomas sendiri adalah sumbangan Sir George Thomas pada tahun 1939 setelah IBF menyepakati adanya sebuah kompetisi beregu putra. Sayangnya Perang Dunia II menghalangi pelaksanaan kejuaraan itu dan baru bisa berlangsung tahun 1948. Pada final di Queen’s Hall di Preston tiga peserta bertarung: Denmark yang juara zona Eropa (menundukkan Inggris 8-1), Amerika Serikat yang juara zona Amerika (mengalahkan Kanada 8-1). Dan Malaya yang langsung ke final mewakili zona Pasifik mengalahkan AS 6-3 dan bertemu Denmark di final. Malaya menang 8-1. Mulailah dominasi Asia di cabang olahraga ini. Dalam sejarahnya yang sudah 22 kali dilangsungkan, tak sekali pun negara di luar Asia yang merebut Piala Thomas. Indonesia menjadi perebut terbanyak yaitu 13 kali diikuti Malaya/Malaysia lima kali dan Cina empat kali.
Ini berbeda dengan yang terjadi di kejuaraan beregu putri Piala Uber. Pada kompetisi untuk berebut piala dari Betty Uber yang mulai dilaksanakan tahun 1956 ini, Amerika Serikat menjadi juara tiga kali-tiga kali pertama kejuaraan itu. Selebihnya, 16 kali, negara-negara Asialah yang meraihnya. Cina paling banyak dengan tujuh kali, Jepang lima kali, dan Indonesia tiga kali.
Dalam percaturan di luar arena perlandingan, badan dunia bulutangkis sempat terpecah menjadi dua, IBF dan World Badminton Federation (WBF). Ini terjadi pada saat memuncaknya perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Dalam pertarungan organisasi bulutangkis dunia, Blok Timur yang dipelopori Republik Rakyat Cina (RRC), membentuk WBF sebagai saingan IBF. Indonesia, meski beradadi kawasan Timur lebih condong ke Blok Barat meski tidak memutuskan hubungan dengan BlokTimur. Indonesia bahkan aktif dalam usaha mempersatukan kembali kedua organisasi itu. Tahun 1981 disepakati WBF melebur menjadi satu dengan IBF.
Persatuan inilah yang memungkinkan bulutangkis maju ketingkat yang lebih tinggi : Olimpiade. Meski sempat menjadi olahraga eksibisi di olimpiade Muenchen tahun 1972 (Indonesia antara lain diwakili Rudy Hartono), tetapi baru tahun 1992 dijadikan cabang resmi Olimpiade. Hasilnya: Di Olimpiade Barcelona itu Indonesia mengantongi dua medali olimpiade. Inilah emas pertama Indonesia di arena akbar olahraga sejak keikutsertaan di Olimpiade Helsinki tahun 1948.
Arena pertandingan tingkat dunia lain perlu mendapat catatan tersendiri. Kejuaraan beregu campuran (putra-putri) yang mulai diselenggarakan tahun 1989 memakai nama Bapak Bulutangkis Indonesia, Sudirman. Ketika pertama kali dipertandingkan di Jakarta tahun 1989 itu, Indonesialah yang merebutnya. Sesudah itu Cina empat kali membawanya pulang dan Korea tiga kali.
Untuk kejuaraan perseorangan, kejuaraan dunia IBF menyelenggarakan pertama kali tahun 1977 dengan tuan rumah Swedia. Pada kejuaraan di Malmoe ini Indonesia hanya merebut satu gelar yaitu ganda putra. Baru pada tahun 10980 ketika kejuaraan berlangsung di Jakarta, Indonesia membuat catatan tersendiri: merebut seluruh lima nomor yang dipertandingkan. Pada kejuaraan dunia tidak resmi All England, Indonesia juga mencatatkan salah seorang pemainnya sebagai pemegang rekor, Rudy Hartono merebut gelar delapan kali, dengan tujuh kali berturut-turut pada tahun 1968 sampai 1976. Ia gagal mencetak delapan kali berturut-turut tahun 1975 karena di final kalah dari SvenPri dari Denmark.
Kini bulutangkis telah menjadi olahraga dunia. Mutu permainanpun makin tinggi. Orang tidak bisa main-main lagi jika ingin menjadi tingkat tertinggi. Asia memang tetap mendominasi, tetapi Eropa, melalui Denmark terutama mulai memiliki pola permainan yang tidak jauh berbeda dengan Asia. Asiapun harus waspada.
Sumber: Sejarah Bulutangkis Indonesia (PB. PBSI 2004)